Yugure: Konnichiwa minna.. (kagak semangat)
genki desu kaaaa.....? (slowmotion
mode on!) nee nee... saya kembali ngerusuh di fandom heboh ini... etto, mumpung
belum dapet ide buat ficy gila saya aka Ramadhan Nista, jadi lebih baik buat
fic yang manis aja dah, dan tentunya one shoot :3
Dingin?
By Yugure Akage
Disclaimer: Hiro Mashima
Rate: K+
Genre:
Just romance and friendship
Pairing: Gray X Juvia
Warning(!): Alur kagak jelas! Kemungkinan OOC! Penuh
TYPO! AU! Nista! Kekurangan pemanis, gula Author habis(maksud lo?)
NOTE:
Jika readers-tachi sekalian keberatan
dengan pair-nya, just keep silent and
leave!
Intinya don’t like, don’t read
Saya
cuman nggak mau ribut dengan yang namanya
flame
Author: Yugure Akage
Butiran putih yang dingin turun perlahan ke
bumi, menyentuh tanah dengan lembut, lalu menyatu dengan putiran lain yang sama
unsurnya, hingga menutupi sebagian permukaan bumi bagai selimut putih yang baru
saja dicuci dengan sabun R*nso (dihajar Readers karena mulai ngaco)
Salju.
Benda yang dingin, tapi lembut.
Benda yang kecil, namun bila berkumpul akan
menghasilkan keindahan.
Benda yang selalu menyelimuti beberapa
tempat di muka bumi dengan putihnya yang murni setiap tahun.
Termasuk tempat ini.
Fairy Tail High School.
Sekolah elit yang terletak di kota
Magnolia. Tepatnya, sekolah untuk para Penyihir.
KRIIIINGGGG~~~
Bel tanda pelajaran usai pun berbunyi. Semua
murid langsung berhamburan keluar. Ya, hari dingin begini memang paling nyaman
menghabiskan waktu di rumah, minum segelas coklat panas di meja penghangat
sambil menonton TV. Benar-benar nyaman...
“Jaa, sampai besok!” seru seorang laki-laki
dengan rambut hitam pada teman-temannya. Sebut saja dia Gray Fullbuster.
“Ah! Jangan lupakan kalau kita ada
pertandingan besok!” sahut Natsu, sahabat sekaligus rival Gray.
“Hn, tentu saja aku takkan lupa, jaa na!”
Setelah selasai dengan Natsu, Gray segera
berjalan menuju pintu gerbang. Namun baru beberapa langkah ia keluar dari batas
sekolah itu, pemuda bermata onyx itu menghentikan langkahnya begitu mendengar
suara familiar memanggilnya.
“Gray-samaaa!”
Merasa dipanggil, Gray berbalik, dan ia
mendapati seorang gadis dengan surai biru sebahu berlari kecil ke arahnya.
“Juvia? Ada apa?” tanya Gray saat gadis
tadi, Juvia sampai di tempatnya berdiri.
“Nandemonai
yo, hanya ingin pulang bareng, kan rumah kita satu arah. Bolehkan?” tanya
Juvia dengan ceria. Tak lupa senyumnya yang manis. Membuat Gray ikut tersenyum
karenanya.
“Tentu saja, ayo,” ajak Gray yang langsung
disambut anggukan antusias dari Juvia.
“Um!”
Lalu merekapun berjalan bersama, di tengah
hamparan putihnya salju. Juvia, yang memang menyukai Gray, sesekali melirik ke
arah pemuda di sampingnya itu, kemudian terkekeh kecil. Mengingat Gray yang
tidak mengenakan syal untuk menghangatkan diri dari udara dingin, tapi pemuda
itu tidak terlihat kedinginan.
Ah, kan Gray penyihir es. Jadi udara
seperti ini bukan apa-apa baginya.
Tapi apakah tubuh seorang mage es juga
dingin seperti sihirnya?
Siapa yang tahu ...
“Hatchi!”
Juvia yang kedinginan dengan angin dingin
yang berhembus makin kencang pun langsung bersin.
Gray yang sedari tadi hanya menatap lurus
ke depan sedikit kaget, “Juvia, ada apa? Apa kau sakit?” tanyanya khawatir.
Juvia menggeleng. “Tidak kok, Juvia hanya
kedinginan,”
“Souka,
hari ini saljunya semakin lebat, angin dinginnya juga... kalau kau sakit bilang
ya.”
Juvia mengangguk. Pipinya bersemu merah.
Ternyata Gray peduli padanya.
‘Hm,
apa tubuh Gray-sama hangat ya? Ah, lebih baik kupastikan!’
“Nah, sekarang ayo, nanti kalau
berlama-lama kau bisa flu –“
Belum selesai Gray berkata, ucapannya
langsung terpotong oleh pelukan erat dadakan dari Juvia. Sontak Gray terbelalak
shock.
“Ju-Juvia, apa yang...” Gray yang shock
tidak bisa berkata-kata. Ia hanya menatap wajah ceria Juvia yang tengah
memeluknya. Dan tiba-tiba wajah mage es itu terasa panas. Garis merah juga
samar-samar terlihat di pipinya.
Tak lama kemudian Juvia melepas pelukannya.
Ia membenamkan wajahnya ke syal putih yang melingkar di lehernya, tersenyum
manis, dan blushing dengan imutnya.
“Tubuh Gray-sama, ternyata hangat...”
ucapnya ceria, membuat laki-laki yang bersangkutan gemas dibuatnya.
Gray terkekeh, “Haha, terserah kau saja,
sekarang ayo, nanti kau sakit kalau kelamaan kena angin begini,” ujarnya.
“Ha’i!”
sahut Juvia.
Mereka melanjutkan perjalanan pulang yang
sempat terhenti. Tapi kali ini angin dingin berhembus semakin kencang. Gray
yang tidak mengenakan syal dan sarung tangan mulai kedinginan.
“Gray-sama?”
guman Juvia sambil melirik ke arah Gray. Dilihatnya pemuda itu sedang
menghembuskan nafasnya ke tengannya. Sesekali digosoknya tangannya satu sama
lain untuk mengurangi rasa dingin.
“Ah, tidak apa-apa kok, hanya saja anginnya
terasa lebih dingin, jangan khawatir,” kata Gray sambil memasukkan tangannya ke
kantong celananya.
Juvia yang sebenarnya ragu, hanya bisa menurut,
tapi sepanjang peerjalanan pulang ia berpikir cara untuk membuat Gray hangat.
Juvia melirik ke tangan Gray yang
dimasukkan ke kantong. Berpikir.
Tiba-tiba sebuah lampu hemat energi muncul
di atas kepala Juvia.
“Hup!” dengan secepat kilat, Juvia langsung
memasukkan tangannya ke kantong Gray, lalu mengambil salah satu tangan pemuda
itu.
Gray agak kaget dengan perbuatan mage air
di sampingnya, “E-eh! Juvia!”
Tanpa mmemperdulikan tanda tanya dan seru
yang ada di kepala Gray, Juvia mengangkat sedikit tangannya yang bertautan
dengan tangan Gray. Memperlihatkannya pada sang mage es. “Sekarang sudah
hangatkan?” tanyanya sambil membentuk huruf V dengan jari tangan yang lain,
seraya menggembangkan senyuman manis dan ceria.
Wajah Gray langsung berubah menjadi merah
semerah rambut Erza dan panas sepanas api Natsu. Kemudian beberapa detik
setelahnya ia tersenyum tipis.
“Ya, sangat hangat.”
Gray pun mempererat genggamannya dan
kembali berjalan bersama dengan Juvia.
.
.
.
-END-
Selesaaaaaaiiiiiii! *tebar tepung*
Nyahaa, gimana minna fict Gruvia pertama
saya ini? Gomen kalo kependekkan, lagian pas ngetik ni fict cahaya mata saya
cuman setengah watt ==u
Well, ada yang ingin menyampaikan kesan dan
kritik untuk fict ini lewat review?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar